Langsung ke konten utama

Memaksa Pancasila untuk Lebih Sakti (PP UKSW, 1 Oktober 2009, hari dimana Pancasila menunjukan Kesaktiannya)


Telah diketahui dalam beberapa kurun waktu, permasalahan tentang terorisme sangat begitu popular dimasyarakat ini. Semakin menarik tak kala lakon dari aksi-aksi pengeboman di Indonesia yaitu Nurdin. M. Top gagal mempertahankan nyawanya saat diterjang peluru para polisi. Sangat naas apa yang di timpa oleh Nurdin, tetapi menjadi sedikit nafas lega bagi bangsa Indonesia untuk beberapa waktu. Memang tak dipungkiri ini adalah suatu prestasi yang begitu baik dalam pemerintahan sekarang ini. Namun sebenarnya itu bukanlah point yang ingin saya tuju dalam tulisan ini, masalah sebenarnya adalah bagaimana ideologi Negara kita yaitu pancasila mulai pasang surut dengan sedikit banyak peraturan, perda bahkan undang-undang yang mengedepankan aspek agama sebagai tolok ukur untuk mengatur masyarakat. Menjadi hal yang menarik bila sekarang kita mulai berkompromi atau main api dengan melanggengkan teokrasi dalam susunan aturan Negara Indonesia. Seperti yang diketahui dalam beberapa artikel atau tulisan bahwa system pemerintahan seperti demokrasi adalah kafir dalam sudut pandang agama tertentu atau oleh sekelompok orang. Bahkan hal inilah yang diagung-agungkan oleh para teroris dan menjadi salah satu factor untuk mereka melancarkan aksi keji mereka di tanah Nusantara ini. Memang hal ini seharusnya menjadi sudut pandang yang harus dicermati oleh Negara dan seluruh rakyat bahwa hal-hal yang seperti inilah yang dapat menjadi bahaya laten, karena terdapat pemelintiran dari bentuk pemahaman sebuah ajaran spiritual. Bahkan apa yang dipahami dan diyakini oleh para teroris khususnya para pengantin (calon Pengebom bunuh diri) terbilang luar biasa alias bagi saya terlalu imajinatif. Memang secara sudut pandang mereka, saya melihat hal ini adalah suatu hal yang sangat baik dan melaksanakan kewajiban mereka sebagai hamba tuhan. Tetapi disinilah orang-orang tersebut mengalami distorsi pemahaman ajaran spiritualitas mereka atau saya menyebutnya jiwa mereka menjadi labil dan akhirnya melakukan apa yang menurut mereka baik.
Kembali ke pokok permasalahan dan sesuai tema yang saya angkat, sebagai pribadi rakyat Indonesia dan kesadaran saya baik lahir dan batin, serta demi pengetahuan yang saya peroleh. Pemerintah kita mulai jenuh atau loyo, kenapa? Melihat kondisi bahwa pemerintah sekarang terlalu lambat dalam mencegah suatu bahaya yang sudah diprediksi, tetapi juga sering terlalu cepat menyelesaikan masalah yag seharusnya bukan topic utama yang harus diselesaikan, lebih kearah main-main. Memang menjadi suatu pertentangan, tetapi inilah kondisi pemerintahan atau lebih khususnya adalah mental dari para wakil rakyat kita. Saya pribadi mempercayai mereka melaksanakan tanggung jawab yang sudah diberikan, tetapi sekali lagi mereka jenuh karena mereka selalu mendengar permasalahan yang sama setiap hari. Namun inilah kesalahan fatal yang sudah dibuat, mental mereka jatuh dan kurang memiliki sikap patriotisme dalam jiwa mereka. Tetapi saya tidak Cuma menyalahkan mereka tetapi kita juga bangsa Indonesia ini.

Pikir saya apa yang terkandung dalam lima sila dalam Pancasila mulai luntur dari waktu-kewaktu. Bagaimana keyakinan kita pada Tuhan mulai luntur dengan munculnya kepercayaan-kepercayaan yang keliru, aksi-aksi anarkis yang mengatasnamakan agama sehingga banyak terjadi kerusuhan, pembantaian bahkan pemaksaan kepercayaan di nusantara ini. Kemudian keberadaban kita sebagai bangsa sekarang ini mulai diuji oleh bencana-bencana, apakah kita masih beradab. Karena dari waktu lalu bangsa kita tercoreng dengan adanya kerusuhan antar suku dan agama. Masalah ini juga yang menjadikan pertanyaan besar masih bersatukah kita sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dengan munculnya aksi-aksi ingin melepaskan diri dari NKRI. Kemudian goncangnya perwakilan kita dengan suara rakyat yang sekarang mulai kurang di sapa atau didengar oleh para dewan rakyat. Terakhir keadilan bagi seluruh rakyat kita, harus segera ditangani, hal inilah yang saya pikir menjadi factor utam bebrapa daerah ingin melepaskan diri dari NKRI.

Sadar atau tidak sadar seharusnya kita segera bertindak dengan keseluruhan masalah atau polemic di Negara Indonesia ini. Harusnya kita berpegang erat pada aturan yang disepakati founding fathers kita saat menyepakati Negara ini menjadi NKRI dengan dasar Negara Pancasila sebagai tiang penyangga moralitas dan harga diri kita sebagai bangsa yang memiliki kultur yang luar biasa beraneka ragam. Harusnya sebagai bangsa yang bermoral kita dapat mencegah bahaya-bahaya seperti pemelintiran spiritual, terorisme dan sebagainya dari tanah ini. Karena itu bukan budaya kita dan Negara kita berasaskan demokrasi bukan teokrasi. Tak ada kompromi untuk hal itu, jangan biarkan masa lalu terjadi bagaimana bahaya laten seperti komunisme pernah muncul disejarah bangsa ini. Bahkan disebut sebagai sejarah yang berdarah yang menewaskan banyak pemimpin dan rakyat pada waktu itu. Nah sebagai bangsa yang beradab dan taat pada agama, tetapi juga sebagai bangsa yang mengangkat pancasila sebagai dasar, mari bersatu memaksa Pancasila yang sudah loyo kembali sakti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Rindu

Melihat tepian hidupku serasa ngeri dan serasa hilang pijakan hati ini iris menangis melihat bahwa khawatir menjadi penyakit pada masaku merasa tua adalah menyakitkan semangat muda terasa luntur luntur bak cat tanpa minyak luntur bagai lukisan terkena air oh apa dayaku, serasa debu serasa air serasa angin aku rindu masa mudaku aku rindu masa mudaku tanpa rasa takut & penuh asa Aku rindu....

perkataanmu adalah mautmu

Beberapa kali saya selalu diajari oleh orang terdekat saya untuk menjaga perkataan saya, termasuk dari Iman Keyakinan saya untuk selalu menjaga apa yang akan keluar dari perkataan saya. Saya sadar bahwa saya manusia yang sering mengeluarkan kata-kata bernada kemarahan, namun kemarahan dan perkataan saya selalu saya benar-benar jaga jangan sampai mengeluarkan nada yang merusak/ bersifat kutukan. Karena itu saya memiliki budaya baru untuk selalu mengigit bibir saya agar saya dapat menahan apa yang mau keluar dari perkataan saya. Dari hal diatas saya juga memaklumi jika ada orang yang sudah tidak tahan akan kemarahannya akan meledakan isi hatinya melalui perkataan-perkataan yang pedas, kebun binatang dan sebagainya, namun saya juga melihat ada orang yang mengeluarkan sumpah serapah dengan beralasan apa yang dirasanya paling benar tanpa memperhatikan dari sisi yang diberikah sampah perkataannya tersebut. apa yang terjadi?? jawaban saya beraneka beragam namun mengarah dan men

Syahdunya Siang Ini

Bukan bermaksud melankolis, namun sembari kepala migrain sekalian saja dikasih minum kopi pahit. Siang ini terasa ingin pulang dari kantor, bukan bermaksud tidak semangat, namun ingin melakukan sesuatu yang beda dan menambah pengetahuan. Untuk itu ada tawaran dari seorang teman yang menjual buku dengan harga cukup murah tapi isinya sangat menambah wawasan. Yah, saya sadar bahwa saya butuh pengalaman baru & wawasan baru. Jadi perlu diingat, kebosanan bukan tanda kita malas , tapi salah satunya tanda kita perlu menghargai diri kita dengan sesuatu hal yang baru. Sediakanlah waktu dan "cemilan" baru buat otak & diri kita, misal belilah buku baru bila kita doyan membaca, atau belilah gadget/ alat pertukangan agar kita belajar hal-hal baru. ikutlah event-event baru misal lari 5K s/d 10 atau 21 K, fitnes, ngeGym dsb. Dunia ini tidak akan runtuh dengan membeli kebutuhan-kebutuhan itu, asal kebutuhan kita tidak menganggu kebutuhan pokok dari hidup kita. So jad