Langsung ke konten utama

kasta

KASTA DALAM HINDU
Kasta dalam pengertian hindu sebenarnya adalah catur warna. Pengertian Catur warna ialahlandasan konsepsi ajaran kemasyarakatan hindu yang bersumber pada kitab suci Hindu. Serta memiliki pengertian sebagai pemberian gelar kepada seseorang, bukan bermaksud untuk membedakan antar seseorang secara pribadi, tetapi untuk memberitahukan perbedaan secara jabatan social dalam pemerintahan. Kasta sebenarnya kurang relevan bila tetap dipertahankan dengan arti yang sama untuk sekarang ini.
Pemberian kastapun mulai berubah seiring jalannya zaman, Karena untuk sekarang ini arti dari kasta sendiri sudah disalah artikan oleh masyarakat luas, terutama dimasyarakat bali sendiri. Apalagi untuk sekarang ini kasta bukan lagi seperti pengertiannya dimasa lalu, tetapi sekarang kasta sudah banyak berubah dan hal ini diciptakan oleh status social ekonomi.
Bab I
Tujuan utama tuhan memberikan tubuh adalah untuk mendapatkan dharma, artha, kama dan moksha. Sebenarnya semua hal yang terkait dengan kasta ini terjadi karena sejarah lama atau asal usul budaya kasta sendiri. Bahkan ada hal yang sangat menarik dari sejarah, karena terdapat sejarah yang di salah artikan dan memiliki makna yang sudah berbeda. Missal dalam buku yang dibaca ini ditemukan kasta sebenarnya tidak ada yang ada adalah tentang catur warna, kalaupun ada hanyalah pengertiannya yang diartikan sebagai penggolongan masyarakat sesuai guna dan karmanya. Bukan menggolongkan status social dari masyarakat yang dibagi-bagi dan lebih kea rah diskriminasi terhadap golongan tertentu.
Kemudian dari sejarah kasta itu sendiri tidaklah seperti kasta yang ada di Bali sekarang ini, kasta adalah suatu system yang mengatur masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya dan system atau aturan ini dibuat supaya dalam tidak lanjutnya penggolongan yang terjadi ini dibuat untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Memang dalam sejarah di India, dimana kasta in berkembang dikemukakan bahwa memang saat bangsa arya datang ke daerah india mereka bertemu dengan bangsa dravida (bangsa pribumi asli) yang memiliki kemampuan yang rendah dan memiliki kulit hitam berbeda dengan bangsa arya yang diperkirakan bekulit lebih putih dan memiliki pengetahuan dan budaya lebih tinggi. Memang saat itu bangsa arya memandang rendah bangsa dravida. Kemudian selang beberapa waktu bangsa arya mengalami perang sehingga mereka sulit mencari pasangan untuk beranak pinak, kemudian dengan terpaksa mereka mengawini bangsa dravida, terjadilah percampuran dan hasil percampuran itulah yang akhirnya menjadikan terjadinya penggolongan social dalam masyarakat mereka.
Dalam kitab Veda memang sangat dijelaskan bahwa bukan kasta yang ada dalam kehidupan tetapi catur warna yang berasal dari satu kesatuan yaitu dewa Brahma dan catur warna tersebut diciptakan bukan untuk menciptakan perbedaan dan kesenjangan. Tetapi satu lingkaran yang saling melengkapi dan melindungi. Memang dalam kitab Veda juga dijelaskan karma dan guna mempengaruhi orang tersebut masuk dalam warna apa, jadi tidak langsung diartikan oleh kemampuan manusia, tetapi harus melihat guna dan karmanya. Tidak langsung diturunkan turun temurun. Bisa saja saat warna ini diturunkan, ternyata keturunan tersebut memiliki karma dan guna yang berebda dan tidak sesuai dengan karma dan guna dari yang menurunkan. Oleh karena itu apa yang terjadi di Indonesia sekarang ini lebih banyak terjadi pada masyarakat yang lebih berpikir tradisonal dan memiliki pemahaman yang sangat sempit dengan tetap memandang rendah atau tinggi kasta yang lain. Padahal dari penjelasan dikatakan tidak ada perbedaan dalam derajat tetapi persamaan antara kasta satu dengan yang lainnya.
Dalam buku ini dijelaskan pula mengapa terjadi kesalahpahaman tentang kasta atau warna, semua hal ini dipengaruhi oleh karena kurangnya pemahaman tentang warna itu sendiri. Padahal dalam warna itu dijelaskan pengertian masing-masing dan slama iini kesalahpamahaman ini terjadi karena kurang lengkapnya tafsiran yang diberikan oleh para peneliti yang mungin sebagian dari mereka kurang mengetahui tentang arti dari warna itu sendiri. Bahkan dinyatakan pula dari pemeluknya sendiri kurang menghayati dari peran-peran warna itu sendiri dan bagi para peniliti dikarenakan kurangnya literature yanag mereka dapat untunk mendukung pernyataan dan tafsiran mereka. Karena litaratur atau sumber ipengertian warna itu sendiri sangat kurang di Indonesia. Kemudian hal yang menpengaruhi lainnya karena terbelenggunya ajaran-ajaran agama Hindu dengan adat istiadat daerah itu sendiri, karena dari kenyataannya masih sering terjadi mencampur adukan antara agama dan adat istiadat dalam kehidupan dibali.
Kesimpulan yang bisa ditarik dalam pembahasan kasta ini adalah kuat dan kokohnya kasta ini tetap ada karena terdapatnya beberapa factor missal factor pendidikan dan lebih banyak terjadi karena kesalahan orientasi yang menganggap wangsa, kasta dan warna itu sama, sehingga wangsa brahmana dianggap sama dengan warna brahmana dan begitu seterusnya terjadi pada warna dan wangsa yang lain. Dan dalam sejarah pada masa penjajahan belanda, mereka menggunakan hal ini untuk memecah belah kesatuan dan pengertian yang sudah terbentuk dengan baik. Sehingga pa yang terjadi sampai sekarang hal ini tetap menjadi polemic yang menciptakan kesenjangan satu dengan yang lainya. Tapi dengan berkembangnya zaman dan berkembangnya pemikirannya saat ini mampu membuka kembali pengertian yang sejati tentang kasta yang seharusnya dipahami sebagai hal yang memiliki perbedaan tetapi tetap mengikat menjadi satu kesatuan.
MEMAHAMI PERBEDAAN catur varna, kasta dan wangsa.
Mengambi pemahaman dari buku ini dijelaskan catur warna pada hakekatnya diciptakan oleh Tuhan. Oleh karena itu ajaran tentang catur varna itu dianggap sangat suci dan sangat ideal untuk membangun sinergi social berdasarkan profesi yang produktif. Dalam hal ini yang dimaksud dengan produktif ialah dalam material dan spiritual. Hal ini didasarkan pada kitab suci yang menentukan varna sesorang bukanlah keturunan atau wangsa, tetapi ditentukan oleh guna dan karma. Karena bila guna bertemu dengan karma atau dengan kata lain orang dapat bekerja sesuai dengan minat dan bakatnya maka kebahagiaan kerja akan dicapai. Dengan tercapainya kebahagiaan pada pekerjaannya maka kapasitas kerjapun akan maksimal dan dengan maksimalnya kapasitas kerja maka produktifitas kerja yang lebih baik akan dicapai. Menyimpulkan dari pernyataan diatas orang akan hidup untuk saling memerlukan satu dengan lainnya dan keberhasilan satu varna tidak bisa hidup tanpa ada keberhasilan varna yang lainnya. Jadi empat profesi yang disebut dengan catur varna itu adalah bersifat parael horizaontal tidak seperti bersifat wangsa yang bersifat vertical genealogis dan keempat hal itu adalah hal yang sama-sama dibutuhkan dalam hidup oleh setiap orang didunia ini.
Masalah atau kesalahpahaman yang terjadi selama ini dikarenakan penerapan ajaran catur varna di Bali sangat bertolak belakang dengan konsepnya yang benar. Catur varna ditentukan berdasarkan guna dan karma terus diterapkan berdasarkan keturunan yang lebih popular dengan istilah wangsa di Bali. Hal ini terjadi karena intervensi kekuasaan kerajaan dan selanjutnya intervensi penjajahan belanda. Kemudian terjadi salah penerapan ajaran catur varna yang mengakibatkan seorang brahmana, ksatria ataupun vaisya tidak lagi ditentukan berdasarkan guna dan karmanya. Kesalahpahaman yang terjadi selama ini dalam penerapan ajaran catur varna hingga menjadi wangsa di bali disebabkan oleh factor sikap social, kekuasaan dan system kepanditaan.
a. Dalam sikap social terjadi kesalahpahaman keran masyarakat timur atau hindu Bali khususnya lebih mengarah ke vertical oriented atau sangat patuh terhadap masyarakat yang berada dalam golongan elit atau golongan atas. Sehingga siapa yang berani melawan golongan atas dianggap kualat dan dalam kasus tertentu tanpa melihat mana hal yang benar atau salah.
b. Dalam kekuasaan hal ini dikarenakan terjadi saat pemerintahan raja-raj apada jaman dulu di bali. Yaitu raja memanfaatkan kepatuhan rakyat denga mengembangkan system pembodihan terhadap umat. Umat diajarkan untuk tidak belajar agama kalau bukan berasal dari golongan brahmana.
c. Dalam system kepanditaan terlalu dimonopoli oleh suatu keturunan saja. Hal ini berdampak sangat luas bahwa memang sudah merupakan kehendak hyang Widi hanya merekalah yang berhak menjadi pandita dengan gelar pedanda. Kemudian dalam ajaran hindu mengajarkan bahwa pandita itu merupakan kedudukan yang sangat dihormati. Dan sikap inilah yang disalahgunakan sebagai media pembodohan dalam kurun waktu yang cukup lama.
PEMBANDINGAN DAN KESIMPULAN
Dalam kedua buku iini apa yang disamapaikan oleh penulis sangat begitu menarik dan menantang para pembaca untuk semakin jujur dengan diri sendiri melihat permasalah yang sedang terjadi dan tidak memandang dari satu sudut saja serta menafsirkan dengan dasar asumsi pribadi tentang kasta, catur varna dan wangsa. Karena dari ebebrapa penjelasan yang terjadi adalah salah penafsiran dari orang-orang pada jaman dahulu dan sekarang. Oleh karena itu sebenarnya apa yang di ulas dari kedua buku ini adalah saling melengkapi, missal dalam buku Kasta dalam hindu lebih menitikberatkan sejarah asal muasal munculnya kasta dalam kehidupan umumnya dan masyarakat bali pada khususnya. Dimana dibuku itu dijelasakan bagaimana budaya hindu terlebih kasta bisa muncul sebagai kesalahpemahaman penerapan dalam kehidupan. Serta dari buku ini menarik karena menitik beratkan agar para pembaca memiliki dasar pengertian atau lebih kearah mengerti konsep dari kasta.
Sedangkan pada buku kedua yaitu Memahami catur varna, kasta dan wangsa. Lebih mengajak kita untuk mengetahui kebenaran dari konten ajaran hindu dan mengajak kita masyarakat awam untuk melihat bahwa dari ketiga hal yang diulas dari awal hingga kahir buku ini harus dibedakan tidak disamakan, supaya konsep ketiga hal tersebut tidak mengalami kerancuan dalam pemahaman dan penerapannya. Tapi dari kedua buku tersebut sangat melengkapi satu dengan yang lainnya. Walaupun satu buku dengan yang lainnya sebenarnya sama saja kontennya, tetapi dalamnya penafsiran yang dinyatakan terdapat perbedaan dan diharapkan dari kedua buku ini tidak terdapat perbedaan konsep tetapi saling menguatkan konsep atau konten satu dengan yang lainnya. Bagaimana kedua buku ini juga menitik beratkan pada salah pahamnnya masyarakat pada penerapannya selama ini dan bagaimana gerakan-gerakan baru yang memulai langkah untuk mengembalikan makna sejati dari kasta, catur varna dan wangsa. Serta bagaimana sejarah mempengaruhi perkembangan makna dari hal-hal yang dibahas. Diharapkan kita semakin terbuka dan tidak menutup mata untuk segera mengembalikan pada kesejatian sesuai kitab veda. Semoga dari kedua buku ini dapat mengurangi pemahaman-pemahaman yang dangkal dan cepat menafsirkan, karena semua hal yang ditafsirkan tetap perlu diuji kebanarannya dan resiko apa dalam penerapannya nanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Rindu

Melihat tepian hidupku serasa ngeri dan serasa hilang pijakan hati ini iris menangis melihat bahwa khawatir menjadi penyakit pada masaku merasa tua adalah menyakitkan semangat muda terasa luntur luntur bak cat tanpa minyak luntur bagai lukisan terkena air oh apa dayaku, serasa debu serasa air serasa angin aku rindu masa mudaku aku rindu masa mudaku tanpa rasa takut & penuh asa Aku rindu....

perkataanmu adalah mautmu

Beberapa kali saya selalu diajari oleh orang terdekat saya untuk menjaga perkataan saya, termasuk dari Iman Keyakinan saya untuk selalu menjaga apa yang akan keluar dari perkataan saya. Saya sadar bahwa saya manusia yang sering mengeluarkan kata-kata bernada kemarahan, namun kemarahan dan perkataan saya selalu saya benar-benar jaga jangan sampai mengeluarkan nada yang merusak/ bersifat kutukan. Karena itu saya memiliki budaya baru untuk selalu mengigit bibir saya agar saya dapat menahan apa yang mau keluar dari perkataan saya. Dari hal diatas saya juga memaklumi jika ada orang yang sudah tidak tahan akan kemarahannya akan meledakan isi hatinya melalui perkataan-perkataan yang pedas, kebun binatang dan sebagainya, namun saya juga melihat ada orang yang mengeluarkan sumpah serapah dengan beralasan apa yang dirasanya paling benar tanpa memperhatikan dari sisi yang diberikah sampah perkataannya tersebut. apa yang terjadi?? jawaban saya beraneka beragam namun mengarah dan men

Syahdunya Siang Ini

Bukan bermaksud melankolis, namun sembari kepala migrain sekalian saja dikasih minum kopi pahit. Siang ini terasa ingin pulang dari kantor, bukan bermaksud tidak semangat, namun ingin melakukan sesuatu yang beda dan menambah pengetahuan. Untuk itu ada tawaran dari seorang teman yang menjual buku dengan harga cukup murah tapi isinya sangat menambah wawasan. Yah, saya sadar bahwa saya butuh pengalaman baru & wawasan baru. Jadi perlu diingat, kebosanan bukan tanda kita malas , tapi salah satunya tanda kita perlu menghargai diri kita dengan sesuatu hal yang baru. Sediakanlah waktu dan "cemilan" baru buat otak & diri kita, misal belilah buku baru bila kita doyan membaca, atau belilah gadget/ alat pertukangan agar kita belajar hal-hal baru. ikutlah event-event baru misal lari 5K s/d 10 atau 21 K, fitnes, ngeGym dsb. Dunia ini tidak akan runtuh dengan membeli kebutuhan-kebutuhan itu, asal kebutuhan kita tidak menganggu kebutuhan pokok dari hidup kita. So jad