Langsung ke konten utama

Agama, Tuhan dan kebenarannya,apakah benar?

Pertama kalinya mengenal agama saat kecil bagaimana dulu ikut memiliki agama karena faktor pemberian orang tua. Suatu kebanggaan saat itu bisa memiliki agama, apalagi dikalangan orang-ornag yang memliki agama yang sama dengan yang dianut. Tetapi menjadi sebuah dilematika saat berhadapan dengan golongan yang memilik keyakinan beragama yang berbeda. Terjadi kebingungan karena mempertentangkan agama siapa yang paling benar dan mana yang lebih kuat. Muncul pertanyaan dalam hati saya Apa saya salah memeluk agama atau agama yang salah atau orang-orang penganutnya salah?. Dalam agama yang saya anut dijelaskan bahwa dalam agama terdapat kebenaran. Kebenarannya ialah Tuhan nyata dalam hidup kita, Ia mengasihi kita, Ia mengenal kita 1. dan Ia memiliki nama yaitu Isa Almasih. Dimata saya agama bukanlah sesuatu yang penting, tapi yang terpenting bagi saya adalah saya menganut Tuhan bukan Agama yang saya pandang sebagai labelisasi. Berbeda dengan percaya dengan Tuhan yang mengartikan saya mempercayai adanya kekuatan yang lebih besar dari pada saya dan yang menciptakan saya. Tapi nyatanya yang menciptakan saya Bapak dan Ibu. Sebuah pertanyaan yang hampir mirip duluan mana tuhan dengan manusia?. Namun nilai-nilai yang ditanamkan pada saya dan tulisan-tulisan yang di Alitab saya yakini memang saya diciptakan oleh mahkluk yang Maha Hebat yang saya kenal dengan nama Tuhan. Namun sekali lagi menjadi pertentangan hebat Tuhan itu benar-benar ada atau tidak? Masih menjadi dua kesimpulan bahwa Tuhan menjadi kebenaran yang absolut bagi kelompok-kelompok agama tapi menjadi kebenaran yang dipertanyakan bagi kaum pragmatisme yang menganut pembuktian rasionalitas juga merupakan sebuah titik berat dalam penerapan pragmatisme. Segala sesuatu dapat dikritik dan dipertanyakan, karena tidak adanya kebenaran absolut 2.
Memulai dari permasalahan yang dihadapi oleh William James saat dia mau mendefinisikan tentang agama yang melalui pergulatan panjang dan hanya mampu melihat sisi lain agama melalui kacamata psikologi. James menyatakan sebagai berikut ”Agama dengan demikian mempunyai arti sebagai perasaan (feelings), tindakan (acts) dan pengalaman individual manusia dalam kesendirian mereka, saat mencoba memahami hubungan dan posisi mereka dihadapan apa yang mereka anggap suci." 3. Jadi secara kacamata saya menganggap agama adalah gabungan dari rasa dan suatu sikap yang dilakukan manusia yang merasakan seseuatu yang dianggap hebat atau creature mereka. Jadi dengan demikian hal-hal berikut yang mendominasi keberadaan agama, Tuhan dan seisinya. Tak lupa juga hal ini semua dikontrol oleh perilaku-perilaku perindividu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Ini pemikiran dasar saya tentang pengakuan agama, tetap hal yang mengganjal bahwa agama diciptakan oleh rasa takut, sejarah dan teori yang berkembang mengungkap berkaitan dengan rasa ketergantungan, berasal dari rasa takut, tak dapat dipisahkan dari kehidupan seksual, diidentifikasi dengan rasa ketakterbatasan, dan sebagainya3 . Lalu terdapat defenisi tentang agama itu sendiri yang di kemukakan di wikipedia ialah Agama berasal dari kata latin religio, yang dapat berarti obligation/kewajiban. Kemudian Agama dalam Encyclopedia of Philosophy adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia (James Martineau) 4. Kalau melihat pernyataan yang telah dimunculkan saya menyimpulkan kita memiliki kewajiban, kewajban untuk percaya kepada Tuhan, menuruti perintah-perintahNya dan laranganNya. Tapi mengapa kita harus melakukan kewajiban tersebut kalau akhirnya kita masih abstrak. Kita melakukan kewajiban ini untuk siapa dan setelah itu akan terjadi apa setelah kita melakukan kewajiban tersebut. Padahal tidak ada upah yang telihat kalau kita sekali lagi menilik mengapa harus beragama kalau isinya Cuma sekedar melakukan kewajiban-kewajiban. Tetapi dalam ajaran yang saya anut yang kata orang tua saya dan lingkungan dimana saya berada kita tetap memiliki hak yaitu beroleh hidup, contoh kecil saja ialah dapat bernafas. Tapi bagi saya sebagai manusia belum terpuaskan akan hal-hal tersebut, otak saya memaksa untuk menggali lebih dalam. Entah karena terlalu banyak doktrinisasi yang diperoleh dan di input dalam otak, akhirnya terdapat pertentangan what, when, where, why, who dan how tentang agama dan Tuhan itu sendiri. Dalam pemikiran agama, agama dan Tuhan ialah kebenaran yang absolut, tidak boleh diganggu seperti terdapat kotak khusus yang tak mau mengenal dan lebih bersifat defensif terhadap kompromi dan masukan-masukan dari lingkungan sekitar. Namun dalam otak sains dan ilmu pengetahuan yang telah saya peroleh memungkiri keberadaan agama dan tuhan. Agama hanyalah sebuah kebudayaan yang muncul dari persepsi-persepsi dan multi tafsir beberapa orang yang akhirnya menjadi sebuah kebudayaan hingga terparahnya menjadi dasar pijakan berdirinya sebuah ideologi negara. Kemudian tuhan adalah mahkluk khayalan atau suatu figur yang abstrak yang berdiri kokoh di hati individu yang mengalami ketakutan, ketergantungan dan sebagainya yang telah dijelaskan James dalam pergumulannya mendefenisikan agama. Lalu dari perasaan-perasaan yang muncul tadi akan terendap dan tersugesti kalau Tuhan benar-benar tampak dan nyata disaat individu tersebut menemukan ketenangan dalam kepercayaannya. Sedangkan menurut Carl Jung (1955) Tuhan adalah sesuatu kekuatan yang berpengaruh besar yang alami dan pengaruhnya tidak dapat dibendung : Very personal nature and an irresistible influence, I call it God.
Menurut saya benar dan kebenaraan itu dipercayai kalau hal itu sesuai dengan hasil pengetahuan yang telah saya dapat secara empiris dan memuaskan bagi kehausan saya terhadap ilmu pengetahuan. Hal ini cukup sesuai dengan apa yang disampaikan willianm James tentang kebenaran dalam karya tulisnya yaitu sesuatu yang benar jika memuaskan keinginan dan tujuan manusia dan sesuatu yang benar jika dapat diuji benar dengan eksperimen 5 . Dari pernyataan yang diatas Agama dan Tuhan menjadi sesuatu yang benar walau tetap terhalangi dinding pemikiran rasional saya, mengapa? Karena dari agama dan tuhan yang dikenal, saya medapat kepuasaan dan mengarahkan ke perilaku-perilaku sesuai nilai moral yang ditanamkan dalam agama yang saya anut. Walaupun dalam nyatanya kepuasaan tersebut tidak nampak nyata bentuknya tapi bentuk nyata sesungguhnya dari kepuasaan yang saya terima ialah sikap danperilaku yang nampak dari kehidupan sehari-hari. Memang keadaan sekelling dimana kita berada tetap mempengaruhi kesadaran kita tentang kebenaran agama dan tuhan. Kemudian hal-hal tersebut tetap akan menjadi pertentangan sampai kapanpun. Karena suatu kondisi yang sudah terbentuk oleh suatu pengalaman dan pengalaman tersebut menyenangkan bagi si individu hal-hal tersebut akan menjadi kebenaran yang absolut bagi individu tersebut. Pada akhirnya keabsolutan tersebut akan menjadi suatu hal yang tak kenal kompromi, tapi tidak menutup kemungkinan untuk mendapat pengetahuan-pengetahuan yang lain. Karena kebenaran itu sendiri akan semakin kuat dan kerelatifitasannya tidak akan diragukan lagi. Hal tersebut karena dengan adanya kritik-kritik yang menyangkal kebenaran dari sesuatu yang dianggap benar akan semakin mengikis hal-hal yang bersifat abstrak dan yang tersisa dari pengikisan tersebut adalah sesuatu yang luar biasa yaitu kebenaran yang murni atau absolut. Mungkin juga hal ini akan terjadi pada kebenaran dari agama dan tuhan yang saya bahas.

ACUAN
1. Alkitab, kitab Yohanes 10:14, 10:17
2. The Life.multiply.com
3. PEMIKIRAN WILLIAM JAMES TENTANG AGAMA Oleh: Biyanto, S.Ag. fikri_ikki.blogspot.com
4. Jalaluddin Rakhmat , Psikologi Agama sebuah pengatar, Mizan 2004 hal50
5. william james. the meaning of truth

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Rindu

Melihat tepian hidupku serasa ngeri dan serasa hilang pijakan hati ini iris menangis melihat bahwa khawatir menjadi penyakit pada masaku merasa tua adalah menyakitkan semangat muda terasa luntur luntur bak cat tanpa minyak luntur bagai lukisan terkena air oh apa dayaku, serasa debu serasa air serasa angin aku rindu masa mudaku aku rindu masa mudaku tanpa rasa takut & penuh asa Aku rindu....

perkataanmu adalah mautmu

Beberapa kali saya selalu diajari oleh orang terdekat saya untuk menjaga perkataan saya, termasuk dari Iman Keyakinan saya untuk selalu menjaga apa yang akan keluar dari perkataan saya. Saya sadar bahwa saya manusia yang sering mengeluarkan kata-kata bernada kemarahan, namun kemarahan dan perkataan saya selalu saya benar-benar jaga jangan sampai mengeluarkan nada yang merusak/ bersifat kutukan. Karena itu saya memiliki budaya baru untuk selalu mengigit bibir saya agar saya dapat menahan apa yang mau keluar dari perkataan saya. Dari hal diatas saya juga memaklumi jika ada orang yang sudah tidak tahan akan kemarahannya akan meledakan isi hatinya melalui perkataan-perkataan yang pedas, kebun binatang dan sebagainya, namun saya juga melihat ada orang yang mengeluarkan sumpah serapah dengan beralasan apa yang dirasanya paling benar tanpa memperhatikan dari sisi yang diberikah sampah perkataannya tersebut. apa yang terjadi?? jawaban saya beraneka beragam namun mengarah dan men

Syahdunya Siang Ini

Bukan bermaksud melankolis, namun sembari kepala migrain sekalian saja dikasih minum kopi pahit. Siang ini terasa ingin pulang dari kantor, bukan bermaksud tidak semangat, namun ingin melakukan sesuatu yang beda dan menambah pengetahuan. Untuk itu ada tawaran dari seorang teman yang menjual buku dengan harga cukup murah tapi isinya sangat menambah wawasan. Yah, saya sadar bahwa saya butuh pengalaman baru & wawasan baru. Jadi perlu diingat, kebosanan bukan tanda kita malas , tapi salah satunya tanda kita perlu menghargai diri kita dengan sesuatu hal yang baru. Sediakanlah waktu dan "cemilan" baru buat otak & diri kita, misal belilah buku baru bila kita doyan membaca, atau belilah gadget/ alat pertukangan agar kita belajar hal-hal baru. ikutlah event-event baru misal lari 5K s/d 10 atau 21 K, fitnes, ngeGym dsb. Dunia ini tidak akan runtuh dengan membeli kebutuhan-kebutuhan itu, asal kebutuhan kita tidak menganggu kebutuhan pokok dari hidup kita. So jad